Kekuatan suatu bangsa itu dapat diukur setelah 100 tahun kemerdekaannya, apakah dia menuju kuat perkasa atau malah bubar dalam kondisi chaos kekacauan menuju stabilitas baru. Memasuki milenium abad ke-20, terjadi perubahan hegemoni dunia, dimana China dengan jumlah penduduk 1,3 miliar mulai memimpin perdagangan dunia. Perubahan pesat terjadi pada teknologi informasi, teknologi satelit, bagaimana prestasi suatu negara dalam mengejar teknologi ilmiah tinggi untuk masa depan? Secara logika sederhana, bangsa yang menjadi pemimpin perdagangan dunia adalah pemenangnya.
Sebentar lagi China akan menggantikan Amerika dan Eropa Barat, mata uang dolar AS akan segera redup. Hukum alam peradaban akan mengubah dunia setiap 500 tahun, ingat saja apa yang terjadi 2000-500 = 1500 M, Eropa Barat memulai invasi global, lalu kembali ke 2000-1500 = 500, kekaisaran Romawi berakhir kemudian kerajaan Islam dan Ottoman dimulai untuk invasi global sampai 1500 AD. Jika saat ini negara seperti Amerika Serikat memiliki ribuan rudal balistik nuklir sebagai kekuatan hegemoni tetapi ekonomi negara mundur dan membelah, bermimpi planet seperti bumi masih 100% mustahil, maka pasti hegemoni nuklir akan segera dihilangkan oleh peradaban masa depan. Dalam 500 tahun mendatang, teknologi nuklir, surya, turbin angin akan digunakan secara global untuk pembangkit listrik, dan ini dapat membuat bebas tarif listrik di seluruh dunia, telekomunikasi global gratis berikutnya untuk bentuk pencapaian peradaban manusia yang lebih baik. Negara-negara yang mengadopsi tata kelola energi standar demokratis internasional akan menjadi pemenang di masa depan. Tantangan dunia masa depan adalah perjuangan untuk keadilan energi. Negara-negara yang terbelenggu sistem politik oligarki, memiliki utang luar negeri tetapi tidak digunakan untuk keadilan sistem energi dan transportasi yang efisien, negara-negara tersebut akan terus mengalami gejolak politik, diadu dengan hegemoni kekuatan dunia. Berikut ini bisa jadi prediksi masa depan benturan peradaban antara China dan Barat.
Krisis khas Indonesia tidak mirip dengan negara-negara ASEAN tetapi lebih mirip dengan tipikal negara-negara Amerika Selatan dengan ciri-ciri kerusuhan rasial, penjarahan, pembakaran, kecenderungan barbar, komplikasi konflik rasial seperti dikutip dari catatan wikipedia tahun 1998. Tumbuhnya ketidakpuasan terhadap pemerintahan otoriter Suharto dan erosi ekonomi yang cepat membuat banyak orang, terutama generasi muda, memperbarui protes mereka secara langsung terhadap Orde Baru. Selama periode 1997–1998 (terutama pada 13–15 Mei 1998), terjadi kerusuhan besar-besaran di Indonesia. Orang-orang membakar segala sesuatu di dalam kota, termasuk mobil, sepeda motor, bangunan, dan monumen selain penjarahan dan penjarahan dari toko-toko. Hal ini semakin diperparah ketika banyak yang dibunuh dan diperkosa, yang sebagian besar adalah orang Indonesia Tionghoa. Tidak ada tindakan hukum yang diambil oleh tentara atau polisi.
Catatan dari Badan Energi Dunia IEA untuk Indonesia tahun 2014, subsidi energi sebesar USD 19,53 miliar ditambah subsidi listrik sebesar USD 13,62 miliar, jadi totalnya USD 32,93 miliar (Rp 413,5 triliun). Indonesia sudah memiliki 548 pemerintah daerah beserta aparatur dan DPRDnya masing-masing, produk hasil reformasi otonomi daerah tahun 1998. Jika kita melihat tahun 2014, penerimaan PAD untuk 548 pemerintah daerah hanya Rp. 125 triliun, sedangkan subsidi energi Rp. 413 triliun, ini indikasi salah urus negara terbukti benar.
Address: Jl. Salihara 15-16 Pasar Minggu Jakarta Selatan Indonesia
Phone: +62 813 8009 1061
Fax Number: +62 21 779 723 94
Email: mohamad.musman@bayu-matari.com